Jumat, 27 Juni 2014

Fabius Ndururu(penjaga/tour guide) at museum pusaka nias


Kontol di Museum

submitted November 22, 2010
Categories: In Indonesian
Text Size:
Kalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu. Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu bulan lalu dan hari Minggu yang kemarin. Ramai dan penuh sesak halaman Museum itu, karena di dalamnya ada Kebun Binatang, ada taman-taman yang indah, indah buat ukuran Nias, buat ukuran orang Jakarta atau Surabaya biasa-biasa aja ! Pada kunjungan kedua kemarin aku berkenalan dengan seorang lelaki, umurnya mungkin 40an, asli Nias, gagah, macho dan mukanya kotak-kotak yang maskulin. Pokoknya para homo tulen pasti senang dan ingin mencicipinya. Nama lelaki itu Fabius Ndururu, ia mengaku pekerja di situ, sejenak duduk melepas lelah, aku ngobrol dengan Fabius. Ternyata ia sudah kawin dan beranak, ngobrol punya ngobrol akhirnya cerita bergeser pada pengalamannya pergi ke luar daerah. “Akh saya sudah pernah mencicipi perempuan Bandung, perempuan Jakarta, perempuan Medan, perempuan sana….perempuan sini….!” Celotehnya membanggakan diri, kelihatan sekali lelaki ini tukang pamer, pembual dan segala-galanya. Ngobrol 10 menit dengan Fabius sudah kelihatan orang ini tolol, keras kepala, nggak punya otak. Yang menjadi daya tarikku hanya karena aku pengen tahu sebesar apa sikh kontolnya ? Badan begini OK, wajah macho tentu bikin semua homo penasaran seperti apa kontol dari museum, siapa tahu dapat kenang-kenangan. Aku tahu caranya, karena orang Nias terkenal mata duitan, matre dan mudah disogok ! Aku sengaja membuka dompetku yang tebal, di hadapan Fabius, isinya sederet uang 50 ribuan berbaris mesra dengan sederet uang 100 ribuan, aku berkata : “Yuk temani aku minum ke kantin” ajakku. Fabius langsung melotot melihat isi dompetku dan liurnya mungkin menetes-netes : “Ayo” jawabnya bersemangat. Kami berjalan ke belakang ke arah tepi pantai, di situ anak-anak muda berjejalan berpacaran, saling menggoda, paling dikit cari jodoh. Yang homo pasti juga banyak cari mangsa. Aku duduk memesan bir : “Fabius mau minum apa ? nanti antar aku jalan-jalan keliling yakh !” ujarku, Fabius menjawab : “Saya kopi aja, sayang minum bir mending uangnya buat saya “ jawab Fabius dengan nada materialistis. Aku buru-buru menyahut : “Itu soal gampang, minum aja dulu, nikh 50 ribu, nanti antar saya keliling” sahutku sambil menarik selembar 50 ribuan dari dompet. Ia menyambut lembaran itu dengan cepat, memasukkannya ke saku kemeja dengan mukanya sumringah, bahagia…….kesian deh lu ! Sehabis minum aku berkeliling, Fabius menerangkan ini itu dengan gayanya yang congkak. Setiap penjelasan ia selalu bumbui dengan hal-hal mistik, paling tidak bersifat klenik, jadi kelihatan sekali orang macam gini pasti percaya dukun, doyan main mistik. Iseng-iseng aku menunjuk patung-patung lelaki dengan kontol yang bertebaran seantero halaman : “Apa sikh makna patung seperti itu ?” tanyaku seolah penasaran “Oooh itu maknanya pemimpin yang mampu memberi makan bangsanya, rakyatnya, semakin besar teteknya artinya pemimpin itu bisa memberi makan lebih banyak orang, menyusui lebih banyak orang” Fabius menerangkan. “Lantas kenapa itu kontol ada yang kecil ada yang besar, ada yang ke bawah ada yang ke atas ?” tanyaku lagi “Begini…..semakin besar alat vital yang digambarkan berarti pemimpin itu semakin pemberani, semakin jagoan” sahut Fabius sambil terkekeh. Aku mesem saja sambil melirik selangkangan Fabius, memang dibalik celana blue jeansnya kelihatan menggantung daging besar. Aku mendekat ke sebuah patung, memegang-megang phallus patung batu dan nyeletuk agak keras : “Wah… nyari beginian di mana ya ?” Fabius mungkin salah dengar atau memang dia goblok, ia menjawab : “Bisa pesan di desa-desa, mungkin sekitar 1 bulan selesai, yang lebih kecil dari ini harganya 5 juta” Dasar manusia matre, belum ditanya sudah menyebut harganya. “Ha…ha…ha…. maksudku nyari barang segede gini di sini di mana ?” sergahku memperjelas “Aaah, begitu ? mana saya tahu ha ha ha” Fabius menjawab sambil ikut tertawa. Aku semakin lancang dan meneruskan :”Eh bener nikh kalau ada yang beneran aku mau banget, nyari di mana ?” sambil bergurau aku menunjuk ke selangkangannya. Fabius kelihatan terkejut, tapi ia pura-pura santai : “ Akh abang ini bisa aja, kalau yang ini sudah ada yang punya !” Aku melangkah ke tempat yang lebih sepi, Fabius tetap mengikuti dari belakang, aku masih tetap penasaran, jadi aku bilang pelan-pelan : “Ini diantara kita aja ya ! aku kepengen lihat orang Nias punya, terutama yang besar……aku ada uang sedikit buat upahnya” Fabius membungkukkan badan, seolah berusaha meyakinkan diri kata-kata “uang sedikit buat upahnya” aku mengerti bahwa Fabius mulai tergiur uangku “Ya…..aku kasih 50 ribu kalau ada yang mau kasih lihat kontol Nias yang besar” kataku memperjelas. “Gimana kalau 100 ribu “ tiba-tiba Fabius menjawab, aku tersenyum dalam hati, kena lu sekarang ! lantas aku menjawab : “Di Jakarta 100 ribu udah megang all-in, masak di sini ngliat doank 100 ribu, akh yang bener aja “ Kelihatan sekali Fabius kesal dengan jawabanku “Tidak mau ya sudah” mukanya kelihatan geram, rahangnya naik turun. “Gini deh, aku kasih 100 ribu tapi betul ya kamu carikan sekarang” kataku menantang, Fabius lantas menjawab :”Mana uangnya kamu boleh lihat sebentar lagi” Aku pura-pura menengok ke kanan kiri “Mana orangnya ? mana barangnya aku belum lihat koq uangnya sudah di minta, nanti kalau sudah aku lihat aku sendiri yang kasih, bukan kamu” kataku agak jengkel, sungguh memalukan manusia ini. Tiba-tiba Fabius berjalan cepat sambil mengatakan : “Sudah sini ikut aku……jangan ribut ya !” lantas ia berjalan menyusuri jalan setapak dan menyuruh seorang anak membuka sebuah pintu, kami masuk ke pekarangan lain dengan beberapa bangunan kecil tertutup. Fabius mengunci pintu dan berdiri membelakangi dinding “Ini kalau mau lihat kontol Nias yang besar” katanya dengan nada kejam seraya membuka celana jeansnya, dibalik celana pendek terpentang siluet kontol yang belum hidup. “Mana uangnya, ada uang boleh lihat” ujarnya sambil menadahkan tangan meminta uang. Aku memberikan selembar uang 100 ribu dan menatap selangkangan Fabius penuh konsentrasi, ia membuka celana pendeknya dan terlihat jembut maha lebat tumbuh di kulitnya yang sawo matang. Kontol Fabius kelihatan sepadan dengan badannya yang bagus, tinggi kekar dan padat. Kontol itu meski masih lemas tapi berotot berurat dan pasti panjang kalau ereksi. “Hidupin donk, lemes begitu khan nggak seru” kataku memprotes, Fabius lantas meremas-remas alat vitalnya supaya hidup “Nggak bangun kalau nggak dipegang perempuan” katanya, tangannya masih saja berusaha menghidupkan kontol yang lemas itu, aku jadi gemas “Sini aku pegangin, kepalanya kok tenggelam begitu” tanpa persetujuan Fabius aku maju dan jongkok meraba kontolnya, kepalanya aku pegang dan aku remas-remas, kontol itu menggeliat. Batangnya aku kocok-kocok dan kulupnya bergerak sehingga akhirnya seluruh kepala kontol menyembul keluar. Mungkin Fabius menikmati kocokanku yang sedap, sehingga kontolnya langsung tuing ! ngaceng ! aku membasahi telunjukku dengan ludah dan mengoleskan ke kepala kontol yang sekarang menjadi semakin keras, mungkin Fabius merasa ada licin-licin dan bikin geli sehingga ia jadi bernafsu. Apalagi badanku ramping, kulitku bersih dengan wajah yang bukan ganteng tapi imut-imut ! tentu ia juga nggak mau rugi, orang macam begini pasti biseks ! yakin dia juga pasti pengen ngeseks denganku. “Sudah isap isap aja…….cepat !“ kata Fabius. Aku langsung jongkok dan mengisap kontol Fabius, besarnya kepala kontol tidak memungkinkan aku memasukkannya ke mulut jadi ujungnya saja aku sedot-sedot, aku jilat-jilat, batangnya aku kocok-kocok. Fabius mendesah keenakan, tapi potongan orang macam Fabius jenis haus seks, tidak akan puas dengan dikocok-kocok saja. Selama lima menit mulutku ngos-ngosan menjilat-jilat kontol museum, yang punya kontol juga sudah konak edan. Ia belum puas kalau kepala dan batang kontolnya nggak njeblos semua “Hei….pantatmu bersih nggak….sudah tanggung nikh……sudah ke puncak…..buka celanamu “ kata Fabius sambil menahan gejolak nafsunya. Aku langsung melepas celana pendekku, dari tas aku keluarkan lotion penahan terik, kuoles ke kepala kontol Fabius dan kelubang pantatku, aku nungging menunggu hujaman kontol Nias…….dan heeeeeeeegh…….kepala kontol Fabius menjeblos lubang pantatku. Fabius menekan kontol kuda itu sekuat tenaga dan mendorong pantatnya maju mundur berulang-ulang, aku menahan nyeri sambil berpegangan tiang supaya tidak jatuh. Tak lama kemudian Fabius terjerembab, ia ejakulasi, pejunya meleleh dari lubang pantatku ke paha dan kaos kakiku. Aku buru-buru jongkok dan mengeden supaya seluruh peju keluar, aku usap pantatku, mengelap lelehan peju di kakiku dengan tissue dan melemparkannya ke pojok. Aku sedang memakai celana ketika Fabius yang masih terseok-seok keenakan habis ngentot mengulurkan tangan :”tambah seratus lagi donk” katanya. Orang ini betul-betul tidak tahu malu, hina dina, belum sempat pakai celana sudah minta uang. Aku merogoh dompet mengambil selembar 50 ribuan dan menjatuhkan uang itu ke lantai bekas ceceran pejunya. Lantas aku membuka pintu dan keluar dari bangunan itu. Hmmmmm……..aku berjalan keluar dari gerbang Museum, matahari bersinar cerah, pantatku mungkin lecet habis disodok kontol museum, memang gede dan keras. Lumayan juga disodomi di gudang oleh Fabius, mustinya kalau dia main enak dan sopan aku bisa kasih lebih banyak. Dalam hati aku berpikir, sayang sekali kalau hidup seperti Fabius, badan bagus, kekar, wajah lumayan macho masculine, kontol gede ! tapi kenapa goblok, nggak ada otaknya ! yang dia tahu cuma duit-duit dan mungkin dukun ! Untuk homo-homo yang doyan kontol gede, jangan lupa mampir Museum Pusaka Nias di Gunung Sitoli. Hubungi Fabius Ndruru, mau lihat dan pegang kontolnya seratus ribu perak (US 10 dollar) isap-isap atau sodomi sampai ejakulasi seratus lima puluh ribu aja (US 15 dollar). Kontol murahan meriah meledak !
Fabius Ndruru
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 komentar:

Posting Komentar