Sabtu, 21 Juni 2014

Kerajaan Kendan


Situs Batu Kerajaan Kendan
Situs Batu Kerajaan Kendan terletak di Kampung Kendan, Desa Citaman, Kecamatan Nagreg. Situs ini merupakan lahan gunung batu cadas, yang diduga menjadi kawasan kekuasaan Kerajaan Kendan atau Kerajaan Kelang. Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya sekitar tahun 536 Masehi. Dari kerajaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan besar bernama Galuh, manakala kekuasaan kerajaan Kendan dipegang oleh Prabu Wretikandayun pada tahu 612 Masehi..**
 
SITUS ‘KOTA KUNO’  KENDAN
Dituturkan oleh WA IKIM*)
 
Berbicara masalah kota tua atau kota lama di Tatar Sunda, janganlah lantas menggiring pikiran pada kota-kota lama di dunia. Orang Yunani atau orang Romawi mungkin boleh jadi merasa dikagumi oleh seluruh warga dunia karena masih menyisakan peninggalan-peninggalan kota lama dari zaman kuno sebagai pusat kegiatan kehidupan masa lalunya yang begitu mengagumkan. Tapi, bagaimana dengan nasib kota-kota tua di tatar Sunda.  Khususnya di Kabupaten Bandung.
Dalam khazanah bahasa Sunda, memang dikenal istilah dayeuh sebagai proses perkembangan kabahasaan dari istilah dayo dalam naskah kuno, yang memiliki pengertian sama dengan ‘kota’. Adanya istilah dayo atau dayeuh, kerapkali kita baca dalam  istilah kata majemuk ‘puseur dayeuh’, yang sering dimaknai sebagai pusat pemerintahan, tempat para penguasa bergumul melayani kepentingan rakyatnya.
Apabila kita merujuk pada perkembangan sejarah wilayah kabupaten Bandung dari jaman Kendan pada abad ke-6 hingga jaman masuk kekuasaan Mataram pada abad ke-17, hanya ada beberapa tempat saja yang disebut sebagai puseur dayeuh, yakni wilayah di sekitar Nagrek sebagai puseur dayeuh karajaan Kendan, Tegalluar  di Kecamatan Bojongsoang (?) sebagai puseur dayeuh Timbanganten dan Krapyak  di Kecamatan Dayeuhkolot sebagai puseur dayeuh Kabupaten Bandung. 
Di dalam beberapa cerita rakyat atau legenda,  disebutkan juga adanya puseur-puseur dayeuh yang tersebar di beberapa wilayah desa dan kecamatan, seperti Kadatuan (Kadatwan Pradetsya Iswara) di Kecamatan Paseh, Kadaleman sebagai puseur dayeuh Tatar Ukur (tersebar di beberapa wilayah kecamatan).
Selain itu, secara toponimi, ada beberapa tempat yang berhubungan dengan istilah puseur dayeuh dalam sistem pemerintahan tradisional masa lalu, seperti Dayeuhluhur (terdapat di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Ibun), Kutawaringin di wilayah Soreang (sekarang menjadi nama kecamatan), Dayeuhkolot yang dalam bahasa Belanda disebut Oude Negorij (Negeri Lama). Jagabaya (nama sebuah desa di Kecamatan Cimaung), Langonsari (nama desa di Kecamatan Pameungpeuk), Langensari (di Kecamatan Solokanjeruk), dan  Pulosari (nama sebuah desa di Kecamatan Pangalengan, Drawati (asal dari kata dorawati) yang terdapat di Kecamatan Paseh atau sekitar wilayah Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Citaman di Kecamatan Nagreg serta kampung Balegede di Kecamatan Baleendah.
Kota Tua kerajaan Kendan
Wilayah Nagreg merupakan bekas ibukota kerajaan Kendan atau kerajaan Kelang, menurut versi masyarakat setempat.
Kerajaan Kelang ibukotanya bernama Kendan. Nama Kendan sendiri berasal dari kata kenan, yaitu sejenis batuan cadas, berongga, dan di dalamnya mengandung kaca (batu beling) berwarna hitam. Batuan ini tampak berkilauan saat terkena matahari. Permukaannya sangat kasar dan sedikit tajam. Jenis batuan ini hanya terdapat dalam wilayah kampung Kendan. Sedangkan di tempat lainnya, termasuk di kampung-kampung dekatnya, nyaris sangat sulit ditemukan.
Menurut versi lain, nama Kendan berasal dari kata kanda yang mendapat akhiran -an, yaitu sebuah sistem religi tradisonal yang menganut paham monoteisme (hyang tunggal) yang dikembangkan oleh Praburesiguru Manikmaya pada abad ke-6 sebagai norma kehidupan beragama jauh sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda sekitar abad ke 16. Salah satu kegiatan ritual keagamaannya berbentuk pasaduan yang dilakukan di seputar kabuyutan. Dan di dalam kabuyutan tersebut biasanya ditandai dengan bangunan punden berundak.
Punden ini tersebar di beberapa tempat yang sering disebut orang sebagai candi. Istilah ini didasarkan adanya kemiripan bahan material dengan bangunan umat Hindu. Meskipun sebenarnya antara arsitektur punden dan arsitektur candi sangat jauh berbeda. Candi merupakan bangunan tertutup atau berdinding, sedangkan punden merupakan bangunan terbuka tanpa dinding maupun atap. Di dalam konsep tata ruang puseur dayeuh kerajaan pra-Islam di Tatar Sunda, bangunan punden berfungsi sebagai goah.
Berbeda dengan beberapa daerah bekas kerajaan di beberapa belahan dunia, keberadaan kota lama sebagai puseur dayeuh mungkin tidak terlalu menonjol.
Sebuah petunjuk mengenai keberadaan puseur dayeuh,  pada saat ini yang dapat kita saksikan hanyalah sebuah perkampungan yang disebut Kampung Kendan. Wilayah ini merupakan sebuah bukit yang terletak 15 km sebelah tenggara Cicalengka. Di daerah ini pernah ditemukan pula sebuah arca manik (yang oleh para ahli sejarah disebut Patung Durga ) yang sangat halus pembuatannya. Dan sekarang disimpan di  Museum Nasional Jakarta.  Selain itu, di kawasan ini ditemukan beberapa situs makam keramat yang diduga merupakan tokoh-tokoh Kerajaan Kendan, seperti Sanghyang Anjungan, Embah Singa, Embah Cakra dan situs makam Kiara Janggot.
Perlu menjadi catatan, arca Manik(maya) bukanlah untuk dijadikan berhala, melainkan semata-mata bentuk penghormatan dan kekaguman masyarakat Kendan terhadap ketokohan Sang Prabu Rsiguru Manikmaya. Karena sang Prabu, selain seorang penguasa yang arif bijaksana, juga seorang Rsiguru yang mengajarkan berbagai tatanan peradaban baru pada masanya, maka tidak mustahil arca Manik ini  banyak menghiasi kabuyutan-kabuyutan sebagai ikon ketaatan dan kepatuhan masyarakat Kendan terhadap ajaran-ajaran Manikmaya sebagai gambaran kehidupan spiritual dalam sistem religi pada masa itu.
Pada bekas puseur dayeuh Kendan, selain ditemukan arca Manik, saat melakukan investigasi ke wilayah ini, sempat pula ditemukan sebuah ‘mahkota’ serta sebuah pusaka nagasasra (singkatan dari nagara rasa) yang tersimpan di salah seorang sesepuh Kampung Kendan. Sebagai nagara rasa, hanya orang yang memiliki kehalusan rasa dan ketajaman bathin yang dapat merasakan peninggalan-peningalan kerajaan Kendan yang sudah terkubur ratusan tahun lamanya. Dan sampai saat ini pun, belum dapat dipastikan dimana material bekas “karaton”-nya.
Nama kerajaan Kendan sendiri bagi masyarakat sekitarnya, sebenarnya tidak terlalu diabaikan. Sebab, menurut salah seorang penduduk, nama kerajaan Kendan itu sebenarnya kurang begitu diketahui. Mereka justru lebih mengenal kerajaan Kelang daripada kerajaan Kendan. Sedangkan Kendan merupakan ibukota pusat pemerintahannya.
Bila melihat konsep tata ruang kerajaan Kendan, bagaimana pun tidak akan sama dengan tata ruang wilayah Kabupaten Bandung pada setiap periode. Masa masa Kerajaan Kendan, konsepnya sangat sederhana. Yang dimaksud dengan Puseur Dayeuh itu, hanyalah terdiri dari kompleks karaton yang terletak di atas bukit, di bawahnya terdapat tajur, yang berfungsi sebagai alun-alun untuk melakukan upacara kerajaan yang melibatkan masyarakat banyak. Selebihnya adalah rumah-rumah penduduk yang tempatnya saling berjauhan.
Komplek karaton pun hanya terdiri dari bangunan bale gede untuk pelayanan rakyat dan bale bubut untuk tempat tinggal raja. Seluruh bangunan berbentuk panggung. Oleh karena itu, jika material bekas bangunan “karaton” Kerajaan Kendan sangat sulit ditemukan, adalah sesuatu yang wajar. Karena bahan dasar material bangunannya sendiri bukanlah terbuat dari bahan-bahan material permanen yang memungkin bisa saja rusak termakan waktu atau memang ada yang menghancurkan setelah lama ditinggalkan. Jika ada bekas-bekas karaton, paling yang bisa ditemukan hanya konsep tata ruang. Itu pun sudah dalam bentuk penamaan tempat.
Sedangkan, untuk artefak-artefak mungkin saja bisa ditemukan di sekitar bekas karaton. Diantaranya, yang pernah ditemukan adalah sebuah patung yang disebut arca Manik.***
 
*) WA IKIM adalah kuncen situs Kendan yang sering dijadikan narasumber oleh para mahasiswa dan pemerhati sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Kendan.
 
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 komentar:

Posting Komentar